Hidup di Kota besar dengan keberagaman suku dan ras seperti Jogjakarta bikin saya tertarik mengenal Budaya berbagai suku di Indonesia. Oke di postingan ini saya bakal cerita sedikit soal Minangkabau *sukunya saya*. Berhubung hal ini kompleks sekali jadi mungkin kesempatan ini saya cuma bakal cerita tentang hal-hal dasar yang sering jadi pertanyaan teman-teman ke saya.
Nah, seingat saya pertanyaan yang paling sering diajukan itu adalah “Minang punya marga juga nggak sih?”. Jawabannya PUNYA. Tapi kita lebih suka menyebut itu dengan SUKU! Bukan MARGA! *Oke bukan suka, tapi turun temurun emang disebut gitu* Awalnya, masyarakat Minangkabau cuma punya 4 suku yaitu Bodi, Caniago, Koto, dan Piliang. Suku ini didasarkan dua ‘aliran’ yang ada di Minangkabau yaitu Koto Piliang (Keturunan Datuk Katumanggungan yang notabene punya darah ningrat *anaknya Sri Sultan Maharajo Dirajo dengan Puti Indah Jalito yang merupakan Raja dan Bundo Kanduang moyangnya Suku Minang*) dan Bodi Caniago (Keturunan Datuak Perpatih nan Sabatang *anaknya Cati Bilang Pandai #penasehatraja dengan Puti Indah Jalito) jadi sebenernya kedua datuk ini adalah sodara tiri yang merupakan pembentuk akar kebudayaan Minangkabau.
Makin berkembangnya keempat suku ini membuat suku semakin padat dan menciptakan pemikiran untuk membentuk suku-suku baru. Hingga kini, suku di minangkabau terus berkembang. Seperti saya misalnya. Saya bersuku Tanjung yang merupakan bentuk perluasan dari Bodi Caniago. *iya, bukan ningrat!! :p
Trus banyak yang nanya juga, “suku buat apa? Ada aturan nggak boleh nikah sama suku tertentu kayak marga di Batak ya?” Aturan kayak gitu emang ada tapi bukan nggak boleh nikah dengan suku tertentu tapi kita *masyarakat minangkabau* nggak boleh nikah dengan orang lain yang sukunya sama. Misal : Caniago pengen nikah sama caniago juga. Itu nggak boleh karna dianggap sedarah (masih sodaraan). Nah, suku ini didapat turun temurun berdasarkan garis keturunan Ibu. Jadi kalo ayah punya suku Bodi dan Ibu punya suku Caniago, si anak sukunya Caniago juga ngikut si ibu. Dan ada satu hal yang janggal juga soal aturan pernikahan di Minangkabau. Kalau nikah sesuku itu nggak boleh, kamu malah disarankan buat menikahi sepupu dari pihak ibu. Contohnya gini : Saya (cewek suku Tanjung) punya ibu (yang juga suku tanjung pastinya). Nah saya dianjurkan untuk menikahi anak laki laki dari saudara laki laki ibu saya. Jadi ibu saya kan tanjung nih. Saudara laki-lakinya otomatis juga tanjung dong. Dan dia (om saya) jelas nggak boleh menikahi perempuan dari suku tanjung, otomatis istrinya (tante saya) bukan tanjung. Dan kalo mereka punya anak, anaknya pasti bukan tanjung karena anaknya ngikut suku tante saya. Ribet kan? Jadi sekalipun sodara deket kamu dianjurkan untuk menikahi sepupu tadi padahal kamu bahkan nggak boleh nikah dengan orang lain yang kebetulan baru kenal tapi bersuku sama.
Pertanyaan berikutnya “Nah kalo ngebet pengen nikah gimana?” Konon ada pepatah yang bilang nikah sesuku itu boleh asal kamu bisa bawa kerbau putih buat kaum adat. Padahal nggak pernah ada kan yang namanya kerbau putih? Jadiiii intinya emang nggak boleh kecuali kamu bisa ngerekayasa genetika seekor kerbau jadi berkulit albino. :D Dan kalau hal ini dilanggar sangsinya adalah diusir dari kaum dan nggak diakui dalam suku si anak tadi lagi. Nggak apa-apa sih kalo kamu bertekad pengen pergi nggak balik balik lagi ngunjungin orang tua.
Oke cukup untuk postingan kali ini. Lebih lengkapnya bakal saya bahas di postingan berikutnya. :D
Daaaaahhh….
0 komentar