Sebagai daerah dengan potensi wisata yang cukup baik, Sumatera Barat *dan kota-kota lain juga* tak akan bisa eksis tanpa sebuah
‘City Brand’ yang bisa jadi identitas kuat dari sebuah kota. Sebut saja
Las Vegas dengan brand ‘Kota Dosa’ nya atau
Paris dengan brand ‘Kota Fashion’ nya. Tetangga sendiri Singapura dan Malaysia merupakan dua negara yang sukses belakangan mempromosikan kegiatan wisata mereka dengan tentu saja mereka punya brand. Contohnya Malaysia yang punya tagline ‘The Truly Asia’ atau Jogja yang punya brand
“Never Ending Asia” atau Jakarta dengan
‘Enjoy jakarta’ nya. Bandung juga dengan
‘The Creative City’ nya. Brand merupakan alasan pendorong yang cukup kuat dari segi pariwisata. Tanpa brand suatu kota nggak akan punya ciri khas. Tagline merupakan gambaran dari roh kota yang ada sebenarnya. Jadi brand juga nggak bisa diciptakan asal-asalan melainkan dengan membangun roh dari kota itu sendiri.
Dilihat dari
Mentawai sebagai pulau impian yang cukup membawa devisa besar dari kegiatan surfingnya *sebelum tsunami*, mungkin ‘the dream island’ ini bisa ditonjolkan dari segi budaya dan pantai surfingnya yang masih kental dan cukup berkarakter. Konon kebudayaan masyarakat yang masih cukup primitive juga mempunyai daya tarik sendiri bagi wisatawan asing yang ada. Sebut saja kebiasaan pemuda mentawai yang menattoo tubuhnya sejumlah yang sesuai dengan tingkat status sosialnya sendiri. Dengan kata lain bisa saja semakin banyak tattoo ditubuh seseorang, semakin tinggi penghormatan dari warga sekitar terhadap pemuda tersebut.
|
Mentawai |
Tapi pariwisata sumbar punya brand apa? Kota belanja? Gak begitu menonjol. Palingan yang bagus buat belanja tu
Bukittinggi. Kota tua? Cuma di Kampung China *itupun ancur banget kena gempa*. Wisata alam yang keren? Tersebar dimana mana. Mungkin kuliner kali ya yang bisa jadi brand dari padang. Secara masakan padang tu terkenal banget. Tapi kalo masakan padang juga udah ada dimana-mana apa masih merupakan satu hal yang menarik juga datang khusus ke Padang cuma buat merasakan cita rasa masakan Minangkabau yang sangat lezat?
|
View Merapi dan Jam Gadang Bukittinggi |
Hmm.. Saya pribadi sih mikir kalo mau meningkatkan sektor wisata di Sumatera Barat, hal pertama yang harus dilakukan adalah Meningkatkan Brand dari Bukittinggi dulu. Pahami identitas bukittingi, bikin brand, perkental budaya disana, kasi fasilitas hospitality, dan kasih akses yang gampang dari BIM (Bandara Internasional Minangkabau). Kalo bisa juga akses dari BIM Ke Bukittinggi bikin ditempat yang potensi wisatanya cukup bagus juga. (sebenernya sekarang udah sih, dengan lewat air terjun dan ngelewatin tempat hidup monyet-monyet itu, apasih itu namanya yang di Padang Panjang itu? Lembah Arau bukan ya? :P). Dengan begitu kawasan sepanjang jalan pun bisa cukup punya daya tarik bagi para wisatawan yang ada. Sebelum nyampe ke tujuan aja mereka udah disuguhi hal menarik kayak gitu, satu poin positif dong buat sumbar! Trus kalo udah cukup maju baru deh kembangin kawasan-kawasan lain yang ada disekitarnya. Nah, kembali ke poin utamanya, masalahnya adalah brand apa yang cocok buat di Bukittinggi? Jam gadang jelas jadi landmark utama. Rumah gadang juga bagus banget ada di kebun binatang tertua di Indonesia itu. Trus buat belanja, gimana dengan songket atau bordir dimaksimalin jadi identitas belanja disana? Ada pasar atas, lereng, dan bawah juga yang cukup menarik disana. Jadi, dengan semua yang dipunya, Brand apa? Brand belanja? Brand wisata Alam? Apa wisata kuliner dengan nasi kapau, karupuak jangek, dan karupuak sanjai? Yuk mikir sama-sama.
0 komentar